C. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Apakah ada perbedaan rata-rata hasil belajar matematika siswa yang diberi materi Logaritma menggunakan Strategi Pembelajaran Student Team Heroic Leadership dengan Metode Ekspositori.
2. Jika ternyata berbeda, manakah yang lebih tinggi rata-rata hasil belajar antara siswa yang diberi materi Logaritma menggunakan Strategi Pembelajaran Student Team Heroic Leadership atau siswa yang diberi materi logaritma menggunakan Metode Ekspositori.
D. TUJUAN DAN KEGUNAAN PENELITIAN
I. TUJUAN PENELITIAN
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
a. Mengetahui perbedaan rata-rata hasil belajar siswa yang diberi pembelajaran menggunakan strategi pembelajaran student team heroic leadership dengan siswa yang diberi pembelajaran menggunakan metode ekspositori pada pokok bahasan Logaritma.
b. Mengetahui rata-rata hasil belajar siswa yang lebih tinggi antara siswa yang diberi pembelajaran menggunakan strategi pembelajaran student team heroic leadership dengan siswa yang diberi pembelajaran menggunakan metode ekspositori pada pokok bahasan Logaritma.
II. KEGUNAAN PENELITIAN
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk setiap elemen pendidikan, antara lain sebagai berikut:
a. Bagi peserta didik
Dengan menggunakan strategi pembelajaran student team heroic leadership diharapkan dapat membentuk peserta didik yang memiliki jiwa kepemimpinan kepahlawanan (heroik) secara akademik.
b. Bagi guru
Sebagai motivasi bagi para guru untuk meningkatkan keterampilan memilih strategi pembelajaran yang sesuai dan bervariasi.
c. Bagi sekolah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan yang bermanfaat bagi sekolah dengan adanya informasi yang diperoleh sehingga dapat dijadikan sebagai bahan kajian bersama agar dapat meningkatkan kualitas sekolah.
d. Bagi peneliti
Dapat menambah pengalaman secara langsung bagaimana penggunaan strategi pembelajaran yang baik dan menyenangkan.
III. RUANG LINGKUP PENELITIAN
Agar tidak terjadi salah penafsiran terhadap penelitian maka penulis membatasi ruang lingkup penelitian sebagai berikut:
1. Hasil belajar siswa yang diperoleh melalui tes merupakan bukti keberhasilan yang telah dicapai peserta didik di mana setiap kegiatan belajar dapat menimbulkan suatu perubahan yang khas. Penilaian hasil belajar dilakukan sekali setelah suatu kegiatan pembelajaran dilaksanakan dengan menggunakan strategi student team heroic leadership dan metode ekspositori kemudian diberikan tes tertulis. Pada akhirnya hasil belajar inilah yang akan digunakan sebagai data perbandingan dalam penelitian ini.
2. Strategi student team heroic leadership merupakan suatu pembelajaran yang mengatur strategi dengan membagi peserta didik menjadi beberapa kelompok beranggotakan 4 sampai 5 orang, Pada pelaksanaannya, setiap peserta didik diberi modul yang berisi uraian materi dan soal-soal yang akan didiskusikan sebelum tatap muka di kelas (bisa dipelajari di rumah).
3. Metode ekspositori adalah strategi pembelajaran yang cara menyampaikan pembelajaran dari seorang guru kepada peserta didik di dalam kelas dengan cara berbicara di awal pelajaran, menerangkan materi, dan contoh soal.
4. Pokok bahasan Logaritma yang dipelajari adalah Pengertian dan sifat-sifatnya.
5. Penelitian ini hanya dikenakan pada siswa kelas X semester genap SMA Negeri 1 Kalirejo tahun pelajaran 2011-2012 pada pokok bahasan logika matematika, yaitu kelas X.1 dan X.3.
E. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS
1. TINJAUAN PUSTAKA
a. Hakekat Belajar
Belajar merupakan proses penting bagi perubahan perilaku manusia dari segala sesuatu yang diperkirakan dan dikerjakan. Belajar memegang peranan penting di dalam perkembangan, kebiasaan, sikap, keyakinan, tujuan, kepribadian, dan bahkan persepsi manusia. Oleh karena itu dengan menguasai prinsip-prinsip dasar tentang belajar, seseorang mampu memahami bahwa aktivitas belajar itu memegang peranan penting dalam proses psikologis.
Menurut skinner (dalam Dimyati 2006:9) berpandangan bahwa belajar adalah suatu prilaku. Pada saat orang belajar, maka responsnya menjadi lebih baik. Sebaliknya, bila ia tidak belajar maka responsnya menurun.
Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagi hasil pengalamanya sendiri dalam interaksi dengan lingkunganya. (Slameto, 2010:2)
Kemampuan manusia untuk belajar merupaka karakteristik penting yang membedakan manusia dengan makhluk hidup lainya. Belajar mempunyai keuntungan, baik bagi individu maupun bagi masyarakat. Bagi individu keampuan untuk belajar secara terus-menerus akan memberikan kontribusi terhadap pengembangan kualitas hidupnya. Sedangkan bagi masyarakat, belajar mempunyai peran yang penting dalam mentransmisikan budaya dan pengetahuan dari generasi ke generasi (Bell-Gredler, 1986/Esa Nurwahyudi 2007:11-12)
Gagne dan Berliner (dalam Anni, 2005:2) menyatakan bahwa “belajar merupakan proses dimana suatu organisme mengubah perilakunya karena hasil dari pengalaman”. Morgan (dalam Anni, 2005:2) menyatakan bahwa “belajar merupakan perubahan relatif permanen yang terjadi karena hasil dari praktek atau pengalaman”. Slavin (dalam Anni, 2005:2) menyatakan bahwa “belajar merupakan perubahan individu yang disebabkan oleh pengalaman”.
Berdasarkan pendapat-pendapat mengenai batasan-batasan pengertian belajar maka dapat peneliti dapat menyimpulkan bahwa belajar pada dasarnya pengalaman yang sama dan berulang-ulang dalam situasi tertentu serta berkaitan dengan perubahan tingkah laku sehingga dapat meningkatkan kualitas hidupnya.
Perubahan terjadi karena sikap seorang siswa yang senantiasa berinteraksi dengan lingkungannya. Lingkungan tempat siswa terdiri dari lingkungan sekolah dan lingkungan luar sekolah, di mana siswa mendapatkan pengaruh yang dapat menjadi suatu pengalaman bagi dirinya dan hasilnya nanti didapat sebagai hasil belajar.
Belajar juga merupakan tindak interaksi antara pelajar dan pembelajaran yang memiliki tujuan. Oleh karena itu, berupa akibat interaksi, maka belajar di dinamiskan (Dimyati, 2006: 39). Pendinamisan belajar terjadi oleh prilaku belajar dan lingkungan pelajar. Dinamika pelajar yang bersifat internal, terkait dengan peningkatan hierarki ranah-ranah kognitif, afektif maupun psikomotorik. Kesemuanya itu terkait dengan tujuan pembelajaran.
Di dalam belajar terdapat tiga masalah pokok, yaitu:
a. Masalah mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya belajar
b. Masalah bagaimana belajar itu berlangsung dan prinsip mana yang dilaksanakan
c. Masalah mengenai hasil belajar.
Dua masalah pokok yang pertama tersebut berkenaan dengan proses belajar yang sangat berpengaruh kepada masalah pokok yang ketiga. Dengan demikian, bagaimana peristiwa terjadinya proses belajar akan menentukan hasil belajar seseorang.
b. Pengertian Hasil Belajar
Menurut Winkel (dalam Sukestiyarno dan Budi Waluya, 2006:6), hasil belajar merupakan bukti keberhasilan yang telah dicapai peserta didik di mana setiap kegiatan belajar dapat menimbulkan suatu perubahan yang khas. Penilaian hasil belajar dilakukan sekali setelah suatu kegiatan pembelajaran dilaksanakan.
Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan ketrampilan. Menurut Gagne, hasil belajar itu berupa :
1.) Informasi Verbal, yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahas, baik lisan maupun nonlisan
2.) Ketrampilan Intelektual, yaitu kemampuan mempersentasikan konsep dan lambing.
3.) Strategi Kognitif, yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitifnya sendiri.
4.) Ketrampilan Motorik, yaitu kemampuan melakukan serangkaian jasmani dalam urusan dan koordinasi.
5.) Sikap, yaitu kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut.(Agus Suprijono.2009:5-6)
Menurut Dimyati dan Mudjiono “dengan berakhirnya suatu proses belajar, maka siswa memperoleh suatu hasil belajar. Hasil belajar merupakan hasil belajar dari suatu interaksi untruk belajar dan tidak mengajar. Dari sisi guru, tidak mengajar di akhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa tidak belajar merupakan berakhirnya penggal dan puncak proses belajar”.(2006:3).
Ranah tujuan pendidikan berdasarkan hasil belajar siswa secara umum dapat diklarifikasi menjadi tiga, yakni : ranah kognitif( pengetahuan), ranah afektif (sikap) dan ranah psikomotorik (ketrampilan).(Dimyati, 2006:200)
Menurut Syaiful Bahri Djamarah (PR. Cybermedia, 2006:1) hasil belajar adalah penilaian pendidikan tentang perkembangan dan kemajuan murid yang berkenaan dengan penguasaan bahan pengajaran yang disajikan kepada mereka dan nilai-nilai yang terdapat di dalam kurikulum. Sedangkan belajar merupakan perubahan tingkah laku untuk mencapai tujuan dan tidak tahu menjadi tahu atau dapat dikatakan sebagai proses yang menyebabkan terjadinya perubahan tingkah laku dan kecakapan seseorang.
Berdasarkan pendapat diatas dapat diambil kesimpulan yang dimaksud dengan hasil balajar adalah hasil yang diperoleh siswa berupa penghargaan atau nilai yang didapat setelah mengikuti kegiatan belajar mengajar.
Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Secara umum hasil belajar dipengaruhi oleh 2 faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
a. Faktor internal adalah factor yang timbul dari dalam anak itu sendiri seperti kesehatan(fisiologis), dan factor psikologis yaitu rasa aman, kemampuan, minat dan sebagainya.
b. Faktor eksternal adalah factor yang dating dari luar diri anak seperti lingkungan social yaitu lingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat. Serta lingkungan nonsosial seperti lingkungan alamiah, instrumental dan materi pelajaran dll (Baharudin 2007:19,25).
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa terwujud jika faktor-faktor yang mempengaruhi belajar dapat terpenuhi dengan baik.
c. Penilaian Hasil Belajar
Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan ketrampilan. Menurut Gagne, hasil belajar itu berupa :
1.) Informasi Verbal, yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahas, baik lisan maupun nonlisan
2.) Ketrampilan Intelektual, yaitu kemampuan mempersentasikan konsep dan lambing.
3.) Strategi Kognitif, yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitifnya sendiri.
4.) Ketrampilan Motorik, yaitu kemampuan melakukan serangkaian jasmani dalam urusan dan koordinasi.
5.) Sikap, yaitu kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut.(Agus Suprijono.2009:5-6)
Menurut Dimyati dan Mudjiono “dengan berakhirnya suatu proses belajar, maka siswa memperoleh suatu hasil belajar. Hasil belajar merupakan hasil belajar dari suatu interaksi untruk belajar dan tidak mengajar. Dari sisi guru, tidak mengajar di akhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa tidak belajar merupakan berakhirnya penggal dan puncak proses belajar”.(2006:3).
Ranah tujuan pendidikan berdasarkan hasil belajar siswa secara umum dapat diklarifikasi menjadi tiga, yakni : ranah kognitif( pengetahuan), ranah afektif (sikap) dan ranah psikomotorik (ketrampilan).(Dimyati, 2006:200)
Menurut Syaiful Bahri Djamarah (PR. Cybermedia, 2006:1) hasil belajar adalah penilaian pendidikan tentang perkembangan dan kemajuan murid yang berkenaan dengan penguasaan bahan pengajaran yang disajikan kepada mereka dan nilai-nilai yang terdapat di dalam kurikulum. Sedangkan belajar merupakan perubahan tingkah laku untuk mencapai tujuan dan tidak tahu menjadi tahu atau dapat dikatakan sebagai proses yang menyebabkan terjadinya perubahan tingkah laku dan kecakapan seseorang.
Berdasarkan pendapat diatas dapat diambil kesimpulan yang dimaksud dengan hasil balajar adalah hasil yang diperoleh siswa berupa penghargaan atau nilai yang didapat setelah mengikuti kegiatan belajar mengajar.
Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Secara umum hasil belajar dipengaruhi oleh 2 faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
c. Faktor internal adalah factor yang timbul dari dalam anak itu sendiri seperti kesehatan(fisiologis), dan factor psikologis yaitu rasa aman, kemampuan, minat dan sebagainya.
d. Faktor eksternal adalah faktor yang datang dari luar diri anak seperti lingkungan social yaitu lingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat. Serta lingkungan nonsosial seperti lingkungan alamiah, instrumental dan materi pelajaran dll (Baharudin 2007:19,25).
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa terwujud jika faktor-faktor yang mempengaruhi belajar dapat terpenuhi dengan baik.
d. Metode Ekspositori
Metode Ekspositori adalah strategi pembelajaran yang menekankan kepada penyampaian materi secara verbal kepada siswa dengan maksud siswa dapat menguasai materi pelajaran secara optimal. Roy Killen menamakan metode ekspositori ini dengan strategi pembelajaran langsung, karena dalam stategi ini materi pelajaran disampaikan langsung oleh guru. Siswa tidak dituntut untuk menemukan materi itu. Materi pelajaran seakan-akan sudah jadi. Oleh karena metode ekspositori lebih menekankan kepa proses bertutur, maka sering juga dinamakan istilah strategi “chalk and talk”. (Wina Sanjaya, 2010:179).
Dalam kegiatan belajar mengajar dengan metode ekspositori, kegiatan belajar mengajar masih terpusat pada guru sebagai pemberi informasi. Guru berbicara pada awal pelajaran, menerangkan materi dan contoh soal. Siswa tidak hanya mendengar dan membuat catatan tetapi juga membuat soal latihan dan bertanya kalau tidak mengerti guru dapat memeriksa pekerjaan siswa secara individual, menjelaskan lagi kepada siswa secara individual atau klasikal.
Kelebihan metode ekspositori adalah:
1.) Dapat digunakan untuk jumlah siswa dan ukuran kelas yang besar.
2.) Bahan pelajaran diberikan secara urut oleh guru.
3.) Sangat efektif apabila materi pelajaran yang dikuasai sangat luas, dan waktu yang dimiliki terbatas.
4.) Guru dapat memberikan penjelasan-penjelasan secara individual maupun klasikal.
Kekurangan dari metode ekspositori adalah:
1.) Pada metode ini hanya mungkin dapat dilakukan terhadap siswa yang memiliki kemampuan mendengar dan menyimak yang baik.
2.) Metode ini tidak mungkin dapat melayani perbedaan setiap individu baik perbedaan minat, bakat, kemampuan, dan gaya belajar.
3.) Karena lebih banyak menggunakan ceramah,maka akan sulit mengembangkan kemampuan siswa dalam hal kemampuan sosialisasi, hubungan interpersonal, serta kemampuan berfikir kritis.
4.) Keberhasilan metode ini sangat bergantung pada apa yang dimiliki guru, seperti persiapan, pengetahuan, rasa percaya diri, semangat, antusiasme, motivasi, dan berbagai kemampuan- seperti kemampuan bertutur dan kemampuan mengelola kelas. Tanpa itu sudah dapat dipastikan, proses pembelajaran tidak mungkin berhasil.(Wina Sanjaya, 2010:191)
e. Strategi pembelajaran Student Team Heroic Leadership
Strategi adalah siasat, maka strategi dalam pembelajaran matematika adalah siasat atau kiat yang sengaja direncanakan oleh guru, berkenaan dengan segala persiapan pembelajaran agar pelaksanaan pembelajaran berjalan dengan lancar dan tujuannya yang berupa hasil belajar bisa tercapai secara optimal. Cara membawakan pembelajaran dapat dipilih pengajar misalnya dengan cara belajar kelompok, cara belajar mandiri, belajar dengan permainan, dan sebagainya.
Pada penelitian ini, penulis memilih strategi pembelajaran dengan nama Student Team Heroic Leadership. Student Team merupakan bagian dari pembelajaran kooperatif (pembelajaran kelompok kecil). Menurut Salvin (dalam Sukestiyarno dan Budi Waluya, 2006:9), menjelaskan bahwa dalam student team peserta didik ditempatkan dalam kelompok belajar beranggotakan 4 sampai 6 orang yang merupakan campuran menurut tingkat kerja, jenis kelamin, dan suku. Di dalam kelompok, peserta didik diberi tugas untuk berdiskusi dan pada akhirnya diberi tes secara individual untuk penjajagan. Sedangkan pengertian heroic leadership (kepemimpinan berjiwa pahlawan), menurut Lowney (dalam Sukestiyarno dan Budi Waluya, 2006), menjelaskan bahwa gaya kepemimpinan yang heroik adalah gaya kepemimpinan yang bersifat memiliki kesadaran seperti seorang pahlawan (hero). Sedangkan pendekatan gaya kepemimpinan menurutnya adalah gaya kepemimpinan yang melawan arus, kebanyakan model kepemimpinan kontemporer.
Kepemimpinan yang ditawarkan memandang bahwa:
a. kita semua adalah pemimpin sepanjang waktu. Terkadang kepemimpinan dilaksanakan dengan cara langsung, dramatis, dan jelas nyata, yang lebih sering dengan cara halus, dan sulit diukur;
b. kepemimpinan muncul dari dalam bukan apa yang kita lakukan (what we do) melainkan siapa kita (who we are). Bagi seorang pemimpin, alat kepemimpinan yang paling menarik perhatian ialah siapa dirinya. Seorang pribadi yang memahami apa yang dianggapnya bernilai atau apa yang diinginkannya, dan memandang dunia secara konsisten;
c. kepemimpinan bukan suatu tindakan tetapi cara hidup. Kepemimpinan bukan tugas yang dapat dikesampingkan sewaktu pulang kerumah melainkan memerlukan suatu perilaku yang cocok tergantung dari cara kita bertindak. Dengan kita mengetahui apa yang dianggap bernilai dan apa yang ingin dicapai, ia mengorientasikan dirinya pada lingkungan yang baru sembari berkeyakinan beradaptasi;
d. Kepemimpinan berlangsung terus menerus. Kepemimpinan pribadi merupakan sebuah kerja tanpa akhir dan bersumber pada pemahaman diri yang tumbuh. Pemimpin yang kuat menikmati peluang untuk terus belajar tentang diri sendiri dan dunia serta menatap ke depan.
Kesadaran kepahlawanan dalam gaya kepemimpinan heroic menurut Lowney (dalam Sukestiyarno dan Budi Waluya, 2006:10) dijelaskan meliputi hal-hal sebagai berikut.
1. Kesadaran diri untuk mengembangkan potensi-potensi dengan menambah keterampilan pribadi secara terus menerus.
2. Kesadaran mau mencari kelemahan-kelemahan diri yang dapat dipakai sebagai titik tolak memperbaiki konsep diri.
3. Kesadaran untuk mengambil nilai manfaat dari apa yang telah dipelajari.
4. Kesadaran untuk menentukan pendirian sebagai pandangan hidup yang rela berkorban.
5. Kesadaran untuk menyemangati diri sendiri dan orang lain dengan ambisi heroik.
Jadi pembelajaran matematika dengan strategi student team heroic leadership merupakan suatu pembelajaran yang mengatur strategi dengan membagi peserta didik menjadi beberapa kelompok beranggotakan 4 sampai 5 orang, Pada pelaksanaannya, setiap peserta didik diberi berupa modul yang berisi uraian materi dan soal-soal yang akan didiskusikan sebelum tatap muka di kelas (bisa dikerjakan di rumah). Pada saat tatap muka, setiap peserta didik diminta menyiapkan pertanyaan-pertanyaan (soal-soal) yang akan diajukan/dilempar pada peserta didik kelompok lain. Peran guru pada saat kegiatan belajar berlangsung adalah memfasilitasi berlangsungnya diskusi. Di samping itu, guru juga akan menyiapkan beberapa pertanyaan (soal) yang diambil dari bahan tersebut. Pertanyaan tersebut dipakai sebagai review untuk materi yang ditugaskan saat itu. Pada kelompok tersebut setiap individu memerankan sebagai pemimpin yang mempunyai semangat kepahlawanan akademik. Pembelajaran dengan menerapkan strategi kepemimpinan yang heroik adalah dimulai dengan menanamkan kesadaran diri bahwa peserta didik baik dalam kelompok maupun dalam kelas supaya merasa dirinya adalah pemimpin yang mempunyai sifat heroik. Dimaksudkan bahwa setiap peserta didik merasa dirinya adalah pemimpin yang menyadari siapa dirinya dalam memilih cara hidup pandang, sadar akan dirinya mau mengembangkan potensi menambah keterampilan, melihat kelemahan, mengambil nilai manfaat, dan kesadaran menentukan pendirian untuk menyemangati diri sendiri maupun teman.
2. KERANGKA BERFIKIR
Belajar dan mengajar merupakan dua konsep yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Dalam kehidupan sehari-hari, peserta didik sering dihadapkan oleh berbagai masalah yang sering berganti-ganti. Oleh karena itu peserta didik. harus dibiasakan untuk menyelesaikan berbagai masalah. Seluruh rangkaian dan langkah pemecahan masalah merupakan latihan dalam menghadapi segala masalah yang terjadi. Dengan adanya masalah, peserta didik dapat belajar memecahkannya. Materi Logaritma merupakan materi yang meningkatkan kemampuan peserta didik dalam memecahkan masalah.
Disini peneliti akan memberikan treatment yang berbeda antara kelas eksperiment dan kelas control dengan materi yang sama. Pada kelas eksperimen yang akan diberikan pembelajaran (treatment) menggunakan strategi pembelajaran Student Team Heroic Leadership dan kelas X.3 sebagai kelas kontrol akan diberikan pembelajaran menggunakan strategi pembelajaran ekspositori dengan materi yang sama yaitu pokok bahasan Logaritma.
Pembelajaran Logaritma dengan strategi Student Team Heroic Leadership akan dilakukan sebagai berikut. Pada kegiatan ini akan mencobakan suatu pembelajaran yang dapat melatih menumbuhkan semangat peserta didik untuk menyelesaikan masalah. Bentuk kegiatannya akan menerapkan prinsip kepahlawanan (heroik), di mana sifat tersebut dipresentasikan atau ditunjukkan untuk menghadapi diskusi antar kelompok menyelesaikan modul tutorial seperti tersebut di atas. Diskusi kelompok tersebut mengkompetisikan pencarian pemecahan masalah. Menurut Lowney (dalam Sukestiyarno dan Budi waluya, 2006), bahwa setiap individu adalah pemimpin sepanjang waktu, kepemimpinan muncul dari dalam, bukan apa yang dilakukan (what we do) melainkan siapa kita (who we are), dan kepemimpinan bukan suatu tindakan tetapi cara hidup. Sedangkan gaya kepemimpian heroik adalah memiliki sifat kesadaran diri untuk menambah keterampilan, memahami kelemahan guna memperbaiki konsep diri, mengambil nilai manfaat, dan menentukan pendirian. Jiwa kepahlawanan ditunjukkan dengan menyemangati diri sendiri dan menyemangati orang lain dengan ambisi heroik.
Latihan dengan gaya kepemimpinan heroik dalam diskusi ini dikenakan pada pembahasan setiap tugas terstruktur dalam bentuk modul (bisa dikerjakan di rumah). Pembelajaran yang dilakukan dengan membagi peserta didik menjadi beberapa kelompok dengan 4 atau 5 anggota. Dalam tiap kelompok akan diberi masalah berupa soal untuk dikompetensikan pada intern kelompok. Apabila masalah sudah terpecahkan maka peserta didik yang mampu harus mau berjiwa heroik, dia mau membantu mensosialisasikan ke tim kelompoknya. Setiap peserta didik bertanggung jawab dalam kelompoknya. Setiap tim ditanamkan jiwa heroik yakni sifat saling membantu dengan suka rela.
Sedangkan pembelajaran matematika yang menggunakan metode Ekspositori akan dilakukan sebagai berikut. Dalam pembelajaran dengan menggunakan metode ini materi pelajaran disampaikan langsung oleh guru. Siswa tidak dituntut untuk menemukan materi itu. Materi pelajaran seakan-akan sudah jadi. Oleh karena metode ekspositori lebih menekankan kepa proses bertutur, maka sering juga dinamakan istilah strategi “chalk and talk”.
Dalam kegiatan belajar mengajar dengan metode ekspositori, kegiatan belajar mengajar terpusat pada guru sebagai pemberi informasi. Guru berbicara pada awal pelajaran, menerangkan materi dan contoh soal. Siswa tidak hanya mendengar dan membuat catatan tetapi juga membuat soal latihan dan bertanya kalau tidak mengerti guru dapat memeriksa pekerjaan siswa secara individual, menjelaskan lagi kepada siswa secara individual atau klasikal.
Untuk lebih jelasnya peneliti menggambarkan kerangka pikir dari penelitian ini dalam bentuk bagan berikut :
Dengan melakukan strategi pembelajaran sesuai skenario di atas diharapkan setiap peserta didik akan aktif, mandiri serta mengalami sendiri aktivitasnya. Pada akhirnya apabila diberikan tes hasil belajar maka hasil belajar yang dicapai kelas eksperimen yang menggunakan strategi student team heroic leadership diharapkan akan lebih baik dibandingkan kelas kontrol yang menggunakan strategi pembelajaran ekspositori.
3. HIPOTESIS PENELITIAN
Hipotesis yang dapat diajukan dalam penelitian ini adalah
1. Ada perbedaan rata-rata hasil belajar matematika siswa yang diberi materi Logaritma menggunakan Strategi Pembelajaran Student Team Heroic Leadership dengan Metode Ekspositori.
2. Rata-rata hasil belajar siswa yang diberi materi Logaritma menggunakan Strategi Pembelajaran Student Team Heroic Leadership lebih tinggi daripada hasil belajar siswa yang diberi materi logaritma menggunakan Metode Ekspositori.
F. METODE PENELITIAN
1. DEFINISI OPERASIONAL VARIABEL
Definisi operasional variabel adalah definisi yang akan dioperasionalkan dan dapat diukur.Setiap varoabel akan dirumuskan dalam bentuk rumusan tertentu hal ini berguna untuk membatasi ruang lingkup yang dimaksud,dan memudahkan pengukurannya.Agar setiap variabel dalam penelitian ini dapat diukur atau diamati maka perumusan definisi operasional variabel tersebut adalah sebagai berikut:
a. Variabel dalam penelitian ini adalah hasil belajar matematika siswa yang diberi pembelajaran menggunakan strategi pembelajaran student team heroic leadership dan siswa yang diberi pembelajaran menggunakan metode ekspositori pada pokok bahasan Logaritma.
b. Pembelajaran menggunakan strategi pembelajaran student team heroic leadership dan pembelajaran menggunakan metode ekspositori adalah sebuah perlakuan (treatment). Dalam metode ini siswa dikelompokkan menjadi beberapa kelompok dengan jumlah anggota 4 sampai 5 orang anggota dengan kemampuan tiap kelompok heterogen. Di dalam kelompok, peserta didik diberi tugas untuk berdiskusi dan pada akhirnya diberi tes secara individual untuk penjajagan. Sedangkan pengertian heroic leadership (kepemimpinan berjiwa pahlawan), menurut Lowney (dalam Sukestiyarno dan Budi Waluya, 2006), menjelaskan bahwa gaya kepemimpinan yang heroik adalah gaya kepemimpinan yang bersifat memiliki kesadaran seperti seorang pahlawan (hero). Sedangkan pendekatan gaya kepemimpinan menurutnya adalah gaya kepemimpinan yang melawan arus, kebanyakan model kepemimpinan kontemporer.
2. RANCANGAN PENELITIAN
Untuk menjelaskan keterkaitan antara treatment yang menggunakan strategi pembelajaran student team heroic leadership dan menggunakan metode ekspositori terhadap variabel yang merupakan hasil belajar terhadap penelitian ini, maka penulis tuangkan dalam sistematika berikut:
Bentuk penelitian yang penulis lakukan berbentuk eksperimen, oleh sebab itu penulis melakukan pengajaran langsung didepan kelas. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 2 sampel dengan kelas X.1 untuk kelas eksperimen dan kelas X.3 untuk kelas kontrol. Adapun yang menjadi treatment dalam penelitian ini adalah Pembelajaran menggunakan strategi pembelajaran student team heroic leadership dan pembelajaran menggunakan metode ekspositori. Sedangkan hasil belajar siswa adalah variabel yang berupa hasil nilai matematika.
Jadi dari penelitian ini akan mengetahui apakah Ada perbedaan rata-rata hasil belajar matematika siswa yang diberi materi Logaritma menggunakan Strategi Pembelajaran Student Team Heroic Leadership dengan Metode Ekspositori. Dan apakah rata-rata hasil belajar siswa yang diberi materi Logaritma menggunakan Strategi Pembelajaran Student Team Heroic Leadership lebih tinggi daripada hasil belajar siswa yang diberi materi logaritma menggunakan Metode Ekspositori.
3. POPULASI DAN SAMPEL
a. Populasi
Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh peserta didik kelas X semester genap SMA Negeri 1 kalirejo tahun pelajaran 2011/2012 sebanyak 126 peserta didik yang terbagi dalam 3 kelas yaitu kelas X.1, X.2 dan X.3 masing-masing sebanyak 42 peserta didik.
b. Sampel
Sampel dalam penelitian ini ditentukan dengan teknik cluster random sampling, yaitu dari tiga kelas yang ada diambil secara acak dua kelas dari tiga kelas yang ada. Pada penelitian ini terambil kelas X.1 dengan 42 peserta didik sebagai kelas eksperimen yang akan diberikan pembelajaran (treatment) menggunakan strategi pembelajaran Student Team Heroic Leadership dan kelas X.3 sebagai kelas kontrol dengan jumlah 42 peserta didik akan diberikan pembelajaran menggunakan metode ekspositori. Sehingga jumlah responden sampel dalam penelitian ini adalah 84 orang. Untuk menguji coba instrumen diambil satu kelas yang bukan anggota sampel di atas tetapi masih dalam anggota populasi. Dalam hal ini terambil kelas X.2 sebagai kelas uji coba instrument dengan jumlah 42 peserta didik.
4. INSTRUMEN PENELITIAN
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan tes berbentuk tes essay yang terdiri dari 10 butir soal. Skor untuk masing-masing butir tes tergantung pada banyaknya langkah penyelesaian dari soal tersebut. Dengan demikian skor untuk tiap butir soal dapat berbeda dengan soal butir lain.
Sebelum tes diberikan kepada sampel yang berjumlah 84 siswa, terlebih dahulu dilakukan uji coba terhadap 10 orang siswa sebagai responden yang diambil secara acak di luar kelas sampel. Hal ini untuk mengetahui bahwa soal yang akan diberikan dapat digunakan atau tidak, maka setelah itu harus diuji validitas dan reliabilitasnya, lalu disimpulkan bahwa instrument tersebut baik sehingga soal tersebut dapat digunakan.
Langkah-langkah dalam analisis uji coba instrumen hasil belajar adalah sebagai berikut.
1. Validitas Tes
Uji validitas dilakukan berkenaan dengan ketepatan alat ukur terhadap konsep yang diukur sehingga benar-benar mengukur apa yang seharusnya diukur. Untuk mengetahui tingkat validitas tes, peneliti menggunakan validitas isi, hal ini sesuai dengan pendapat sugiyono (2006 :119) bahwa : “untuk instrument yang berbentuk tes penggunaan validitas isi dapat dilakukan dengan membandingkan antara isi instrument dengan materi pelajaran yang telah diajarkan”. Untuk menjamin validitas isi dilakukan dengan menyusun kisi-kisi soal sehingga materi yag akan disampaikan tersusun secara proporsional.
Untuk menentukan validitas masing-masing soal, digunakan rumus korelasi product moment, yaitu:
Baharuddin, Eka Nur Wahyuni. 2007. Teori Belajar dan Pembelajaran.
Jogjakarta:Arruz Media.
Dimyati, Mudjiono.2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta.Rineka Cipta.
Riduan.2007. Belajar Mudah Penelitian.Bandung.Alfabeta.
Anni, Catharina Tri. 2005. Psikologi Belajar. Semarang: UPT MKK Universitas Negeri Semarang.
Sugiyono.2007.Metode Penelitian Administrasi. Alfabeta : Bandung
Sugiyono. 2006. Statistik untuk Penelitian.Alfabeta : Bandung
Sanjaya, Wina. 2010.Strategi Pembelajaran Berorentasi Standar Proses
Pendidikan.Jakarta.Prenada
Sukestiyarno, dan Budi Waluya. 2006. Upaya Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Membentuk Mahasiswa menjadi Matematikawan yang Filsafati Melalui Pembelajaran Filsafat Ilmu dengan Strategi Student Team Heroic Leadership. Laporan Teaching Grant: Pend. Matematika Unnes.
Nasution, Dr. Wahyudin Nur. 2007. Efektivitas Pembelajaran Kooperatif dan Ekspositori terhadap Hasil Belajar Sains Ditinjau dari Cara Berpikir. Tersedia di: http://www.litagama.org/jurnal/Edisi5/StrategiPemb.html [18 Februari 2007].
Viviane, Robinson.New Understandings of Educational leadership. Tersedia di: http://firstpri.vh2.server-web.co.nz/documents/ NewUnderstandingsofEducationalleadership.pdf
http://www.docstoc.com/docs/22293606/student team heroic leadership
Jesuit and morgan. An expert from heroic leadership from chapter 1. Tersedia di: http://www.chrislowney.com/heroic_leadership_2.htm
Tom heurman, diane olson. Heroic leadership. Newspeaper article. Tersedia di: http://www.selfhelpmegazine.com/article/node/806
Minggu, 03 Juli 2011
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar